Bahasa

Rapat Syar’i

Dari pertama mengenal kegiatan “berorganisasi”, mungkin kemarin (24/11) adalah pengalaman terunik yang pernah q alami. Istilah “rapat” antar anggota adalah satu hal yang tak bisa dipisahkan dari sepak terjang sebuah organisasi. Rapat biasa menuntut pertemuan antar anggota tanpa pandang bulu, namun dalam Islam yang mengatur segala aspek kehidupan melarang “tatap muka” antara lawan jenis (cowo sama cewe maksudnya), kecuali ada keadaan yang menuntut untuk tatap muka yang menyangkut kebutuhan yang kepentingannya mendesak, di dalamnya termasuk Mu’amalah.

Rapat class meeting MAK Malhikdua 2015 (Go RLP) sudah menjelang, pastinya butuh persiapan di dalam nya, termasuk rapat anggota panitia yang terdiri dari cowo sama cewe. Dan disini hal uniknya, pada rapat antar penanggung jawab lomba kemarin, memang sih rapat per lomba, tapi rapatnya gini, panitia cowo membelakangi si panitia cewe. Aku jujur pertamanya ngrasa aneh dan bangga, anehnya jadi seakan-akan rapatnya tuh kaya si cowo ngomong sama papan tulis dan si cewe ngomong sama punggung si cowo. Bangganya aku bisa belajar di sekolah yang menjunjung tinggi hukum Islam, terutama jarak antar lawan jenis yang dewasa ini seakan dilupakan oleh khalayak, bahkan oleh banyak organisasi atau lembaga yang katanya menjadikan Hukum Islam sebagai landasannya.

Jujur ku sering ketawa sendiri pas itu, coz aku ngrasa kaya orang gokiel yang lagi ngomong sama whiteboard, hahaha… sebenernya gue juga pengen denger jawaban dari lawan diskusi ku, apakah do’i merasakan apa yang ku rasakan (cie…..) (stop… ini bukan kata2 romantis !!!!).

Tapi menurutku sih rapat ini termasuk mu’amalah, mnyangkut kemaslahatan ummat malah, tapi aku ngga tau pasti itu. Tapi (lagi…. walaupun rapatnya kek gitu q udah tau kok mukhottobah nya, jadi ngga penasaran, paling yang q ngga tau sekretarisnya) hehe…

#KeepSeing

 

Tagged ,

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *